Rabu, 04 Januari 2012

Mewujudkan Permintaan Bapak

Ketika seseorang yang penting dalam hidup kita meminta sebuah hal kecil, tentu kita berusaha sebaik mungkin untuk dapat mewujudkannya. Pesan dari sang bapak tidak akan pernah ia lupakan. Sekitar 11 tahun yang lalu, ketika Moondi begitu gadis itu disapa masih duduk di bangku SD, si bapak memangku dirinya dan kemudian bertanya sebuah pertanyaan yang masih melekat jelas dalam otaknya. "dek Moondi suka bahasa Inggris?" si bapak bertanya. "iya pak," dengan polos gadis itu menjawab. "kalau suka, besok nerusin belajar bahasa Inggris ya" bapak menasihati. "iya pak,"kembali gadis kecil itu menjawab. Mungkin hal tersebut adalah permintaan yang sederhana, namun hal itu adalah pesan terakhir yang ia dengar sebelum bapaknya pergi untuk selama-lamanya beberapa tahun kemudian karena stroke yang menggrogoti fungsi otak.
Tahun demi tahun berlalu, bulan demi bulan berjalan dengan baik dalam kehidupan si gadis hitam manis tersebut. Masa kecil yang sempurnya membuatnya dapat belajar dengan baik, sehingga ia mendapatkan prestasi yang cukup baik ketika ia duduk di bangku SD. Meskipun tidak pernah mendapatkan juara pertama, ia masih ikut peringkat tiga maupun lima besar di kelas. Waktu pun berlalu ketika akhirnya ia masuk ke SMP, gadis itu sudah sangat tertarik dengan mata pelajaran bahasa Inggris. Meskipun belum bisa membaca dengan lafal yang benar, ia berpura-pura telah menguasai bahasa Inggris itu dengan sangat baik. Pada saat itu, si bapak terus mengajarinya belajar bahasa Inggris dengan baik. Beliau selalu ada ketika ia mendapatkan kesulitan dalam belajar. Namun hal tersebut tidak bisa terus berlangsung. Sosok yang selalu menemaninya belajar setiap malam itu pergi selamanya ketika umur gadis itu menginjak 13 tahun. Peristiwa tersebut membuat semua hal baik berubah menjadi buruk. Prestasi gadis itu menurun sangat drastis. Ia pernah sekali waktu mendapatkan rangking 31 dari 40 siswa. Hal tersebut hanya membuat ibu dan kedua kakak perempuannya meradang sedih. Banyak hal yang mereka lakukan agar ia bisa mendapat nilai yang lebih baik. Mulai dari belajar di rumah setelah sekolah sampai meminum beberapa vitamin penambah kinerja otak. Untuk masa sekolah menengah pertama, hal itu tidak mendapatkan hasil yang nyata. Semua masih sama, Moondi masih sangat bodoh dalam nilai akademisnya.
Keluarganya mengkhawatirkan akan masa depan sekolah gadis itu. Mereka takut jika gadis itu tidak bisa mendapatkan sekolah Negeri ketika dirinya ingin melanjutkan sekolah menengah atas. Kakak keduanya pernah sekali waktu menangis karena melihat nilai rapor adiknya yang begitu buruk. Begitu sayangnya ia pada gadis itu, ia tidak pernah marah ataupun menjadi galak karena hal tersebut. Mereka adalah orang-orang yang selalu memberi motivasi bagi Moondi untuk memperbaiki nilai akademiknya. Karena tidak ingin mengecewakan keluarga, Moondi berusaha keras untuk mendapatkannya. Dan akhirnya ia mengucapkan Alhamdulillah yang begitu besar kepada Allah, ia dapat meneruskan sekolahnya di salah satu SMA Negeri di tempatnya.
Perjuangan gadis itu dimulai ketika ia mendapatkan bangku SMA Negeri tersebut. Namun ketika masih berada di kelas 1, gadis itu masih memilih banyak bermain dari pada belajar setelah pulang sekolah. Ia selalu menyepelekan mata pelajaran yang diajarkan dari guru. Ia merasa tanpa belajar, ia bisa mengerjakan soal dengan baik. Meskipun ia mengelak untuk belajar mata pelajaran lain, ia tidak akan meninggalkan mata pelajaran favoritnya. Dan benar saja, ketika masih duduk di kelas 1, ia selalu mendapatkan nilai paling tinggi untuk pelajaran bahasa Inggris. Di tahun itu, ada sebuah perubahan besar dalam kehidupan gadis berambut gelombang tersebut. Ia mendapatkan kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya dalam bidang bahasa Inggris. Ia diberi kesempatan untuk mengikuti beberapa lomba sekolah, diantaranya lomba debat dan pidato. Bersama kelompok debatnya, ketiga siswi tersebut mampu membawa nama Sekolah sampai di tingkat Provinsi sebagai juara kedua. Sebuah anugerah bagi gadis itu dapat menjadi bagian dalam kesuksesan tersebut. Setelah prestasi itu, ia dikenal oleh guru-guru dan kakak kelas. Untuk beberapa minggu, ia dan kelompok debatnya menjadi perbincangan hangat di sekolah. Kehidupan baru mulai datang bagi hidup Moondi. Dan karena ia pernah mendapatkan prestasi yang baik, di tahun berikutnya tepatnya ketika ia naik ke kelas 2, Moondi mendapat kesempatan mengikuti lomba pidato. Ia mendapatkan harapan 1 sebagai hasil dari usahanya. Dengan beberapa prestasi tersebut, ia selalu mendapatkan beasiswa dari sekolah. Hal itu membuatnya dapat membantu ibunya dalam mengurangi pengeluaran biaya sekolah. Pada waktu itu, ia bisa melihat kebahagiaan terpancar dari mata ibu single parent tersebut. Sang ibu pernah mengatakan bahwa beliau bangga kepada anak bungsunya tersebut. Mendengar apa yang diutarakan ibunya, Moondi merasa sangat bahagia. Sedikit kerja kerasnya mampu membuat orang tuanya bangga.
Tahun pun segera berganti dan akhirnya ia naik ke kelas 3. Di tahun itu, sebagai siswa-siswi tertua di sekolah, mereka mendapatkan kelas tambahan bimbingan konseling. Kelas tersebut berfungsi untuk membantu siswa dalam merencanakan masa depan setelah lulus dari sekolah menengah atas. Waktu itu, Moondi tidak mempunyai rencana apa-apa. Ia belum memikirkan kemana dirinya akan kuliah setelah waktunya tiba. Ada sebuah saran dari ibunya agar dirinya mengikuti kedua kakaknya yang berkuliah di Jakarta, namun dalam hati ia tidak menginginkan hal itu. Ia berdoa agar ada pilihan yang lebih baik dari itu. Ia menyadari betapa besar kuasa Allah ketika akhirnya ia mendapatkan tawaran beasiswa kuliah ke Universitas Gadjah Mada. Secara pribadi Kepala sekolahnya menawari beasiswa tersebut kepadanya. Beliau membantu segala urusan untuk memasukkan gadis itu dalam program beasiswa tersebut. Hal yang gadis itu lakukan hanya mengumpulkan persyaratan yang dibutuhkan, sisanya dikerjakan oleh kepala sekolah dan guru BK. Ketika gadis itu ditanya mengenai jurusan apa yang ia inginkan, dengan yakin ia memilih Sastra Inggris sebagai jawaban. Ia sangat menginginkan bisa menjadi mahasiswa jurusan tersebut. Waktu pun segera berlalu ketika semua persyaratan dikirim ke UGM. Sejak saat itu guru-guru selalu berpesan bahwa ia harus belajar dengan sungguh-sungguh untuk dapat lulus dari sekolah. Apabila ia diterima di UGM, ia dapat langsung kuliah di Universitas tersebut. Saat itu, ia berjanji pada dirinya sendiri untuk meningkatkan keimanaannya kepada Allah SWT. Ia memutuskan untuk lebih meningkatkan puasa sunah dan membaca Al-Quran agar ia bisa mengkhatamkan tiga puluh surat tersebut. Ia tidak lupa selalu menjalankan beberapa sholat sunah seperti sholat malam dan sholat Duha. Gadis itu mengerjakan semua dengan keyakinan bahwa Allah akan memberi jalan terbaik bagi masa depanya kelak. Tidak lupa, ia selalu mengerjakan puasa nadzar untuk setiap keinginannya. Ia percaya bahwa Allah akan membantu umatnya ketika mereka bekerja keras dan selalu berdoa. Waktu itu, ia bernadzar puasa satu hari supaya mendapatkan beasiswa tersebut. Ia hanya berpasrah diri untuk semua hasil yang akan ia dapatkan. Keyakinannya bisa mendapatkan kursi di Fakultas UGM membuatnya percaya bahwa ia bisa masuk ke Universitas Negeri tersebut.
Tanggal 23 Maret 2008 siang, ia mendapatkan telepon dari guru BK sekolah. Beliau mengabarkan bahwa doa gadis itu terkabul. Ia diterima di UGM di jurusan yang ia inginkan. Seperti mendapat durian runtuh di siang hari, ia melonjak-lonjak kegirangan. Ibunya yang mendengar berita tersebut mencium pipi putrinya itu. Kebahagiaan sedang menyelimuti rumah gadis itu. Allah telah mengabulkan salah satu mimpi terbesarnya. Namun kebahagiaan itu bercampur dengan bayang-bayang ujian akhir nasional. Dengan diterimanya ia di Universitas itu, ia mendapatkan beban lain yang lebih besar. Ia harus lulus dari SMA dengan nilai yang baik sehingga beasiswa tersebut mutlak menjadi miliknya.
Tahun itu adalah ujian berat baginya. Ketakutan terbesar mulai ia rasakan ketika ia harus menghadapi mata pelajaran matematika. Ia mempunyai sedikit masalah untuk pelajaran tersebut. Ia selalu mendapat nilai rendah karena pada dasarnya ia tidak menyukainya. Hal tersebut menjadi mimpi buruk baginya, karena untuk mendapatkan kelulusan, ia harus bisa mengerjakan matematika dengan baik. Oleh karena itu, ia belajar lebih giat untuk mendapatkan nilai baik agar bisa lulus. Setiap pagi dan malam, ia belajar sendiri dalam kamar tidurnya. Ia melupakan waktu untuk menonton tv maupun bermain bersama teman-temannya. Banyak waktu yang ia gunakan hanya untuk belajar dan belajar di depan buku-bukunya. Ia kemudian belajar satu hal bahwa sebuah usaha tidak akan berhasil tanpa diiringi doa. Gadis itu kemudian berusaha lebih meningkatkan keimanannya pada Allah SWT. Ia mengikuti pengajian di dekat rumahnya. Karena ia bisa membaca Al-Quran, ia mengajari adik-adik TPA membaca Iqra. Hal tersebut ia lakukan setiap sore sebelum ia mengerjakan aktivitas rutinnya untuk belajar. Selain itu, puasa sunah, membaca Al-Quran dan sholat sunah selalu ia kerjakan dengan sungguh-sungguh. Ia mengkhatamkan ayat-ayat Allah dalam waktu yang singkat. Sebelum ia lulus, dua kali gadis itu dapat menyelesaikan membaca Al-Quran. Ia bersyukur bahwa ia diberi kesempatan untuk menjalankan perintah-perintah Allah.
Dalam pengajian tersebut, seorang ustadz pernah memberi pesan agar selalu menuliskan apa yang kita inginkan dalam selembar kertas putih. Dengan begitu, kita dapat menyakini bahwa hal tersebut dapat tercapai. Sebuah keyakinan akan membantu kita percaya bahwa mimpi itu akan terwujud. Dengan mendengarkan banyak cerita dan pengalaman dari ustadz, gadis itu mencoba menirukan apa yang beliau ajarkan. Ia menuliskan kalimat ALHAMDULILLAH SAYA LULUS dalam buku beratus-ratus kali. Hal itu ia lakukan untuk memotivasi dirinya sendiri bahwa keinginan yang dilandasi usaha dan doa akan terwujud dengan baik.
Hari pengumuman kelulusan itupun tiba. 14 juni 2008, perasaan takut dan gugup itu bercampur menjadi satu. Hal yang selalu mengganggu pikiran gadis itu adalah ia tidak ingin mengecewakan pesan bapak dan keinginan ibunya. Harapan-harapan meraih masa depan yang lebih baik ditentukan pada hari itu. Dan kemurahan Allah tidak hentinya menghujani hidup gadis itu. Allah begitu bermurah hati ketika pada akhirnya ia mendapatkan kabar bahwa dirinya lulus dengan nilai tertinggi dari SMA tersebut. Berulang-ulang kali kata Alhamdulillah ia ucapkan kepada Allah SWT. Hari itu merupakan keajaiban luar biasa baginya. Dengan ijazah tersebut, ia dapat kuliah di UGM. Ia belajar satu hal dari hari itu, sebuah mimpi dapat terwujud ketika kita percaya hal tersebut akan terjadi. Usaha dan doa harus selalu kita kerjakan dalam menggapai sebuah mimpi besar.
Tiga tahun berlalu dengan lancar bagi kehidupannya, dan saat ini gadis itu sudah memasuki semester ke tujuh. Kegiatan yang ia lakukan adalah kuliah dan menyelesaikan Skripsi. Dengan usaha dan doa yang selalu ia panjatkan kepada Allah, ia berharap dapat segera lulus dari Universitas itu. Ia percaya bahwa Allah akan mewujudkan mimpi orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam niatnya. Karena kekuasaan Allah, gadis itu dapat mewujudkan mimpi Bapaknya. Love You as always: Moondi Emsita

2 komentar:

  1. say, aku merinding baca true story mu ini .. it's so inspiring me..

    tak tunggu kisah selanjutnya :')

    BalasHapus